Saturday, December 19, 2009

" Si kecil ingin berkarya "


Jika bukan Psikopat, apalagi namanya ??

Ia berteriak sekeras yang ia mampu, ia akan menjadi api kalau di izinkan. Sebenarnya, tak banyak alasan yang menjadikannya harus bersalah. Agung kecil hanya tak sengaja menyenggol vas kesayangan ibunya hingga jatuh dan pecah berserakan. Sang Ibu yang tak cukup puas memukulinya bahkan tega melempar pecahan-pecahan itu ke tubuh Agung kecil. Mungkin kemarahannya itu tak membuat dia sadar, merasa kurang dia pun memecahkan semua barang yang terbuat dari bahan pecah belah termasuk vas-vas kesayangannya yang lain. Saat dia tersadar kalau barang-barang kesayangannya sudah tak berbentuk lagi seperti semula, dia semakin histeris, menyalahkan Agung kecil yang membuatnya terpaksa melakukan hal itu. Ibunya semakin hebat saja memarahinya, mencacinya, dan memukulinya. Jika bukan Psikopat apalagi namanya ?. Untungnya Agung kecil tak pernah mempersoalkan hal itu. Yang Ia tahu hanya menangis dan bertanya dalam hati kenapa Ia harus dilakukan seperti itu.

Sejak ditinggal oleh ayahnya, Ibu Susono harus bekerja keras untuk menghidupi Agung dan dirinya sendiri dengan perasaan yang berat hati. Entah sebab itukah Agung Kecil harus menampung kekesalan ibunya di tubuh kecilnya?. Ia tak banyak teman, sebenarnya ia pandai bergaul. Setiap teman-temannya bermain ke rumah Agung atau sekedar mengajak bermain, pasti ibu sang Agung berulah. teman Agung, mereka yang tak mengerti, ketakutan dan tak pernah mau lagi kembali.
Agung kecil selalu sendirian, semua orang tak berani mendekatinya. Ia hanya berdiam diri dirumahnya dan hanya memandangi sosok foto ayahnya yang berdiri di samping laptop tua milik ayahnya. Ibunya entah kemana. Agung harus menyerahkan tubuhnya ketika ibunya datang. Entah apa yang di kerjakan sang ibu, yang penting Agung harus menyiapkan segenggam sapu lidi yang nantinya dipakai untuk memukulnya. Jika bukan Psikopat apalagi namanya ?. Barangkali di perlukan begitu menurut Agung bisa menenangkan ibunya. Sungguh nasib Agung yang tidak seberuntung namanya, namun sungguh jelas luar biasa perasaannya.

Mengemiskah dia untuk Agung ?. Agung tak pernah tahu. Agung yang mulai beranjak dewasa itu harus belajar. Agung menuangkan segala perasaannya di laptop tua ayahnya. tak peduli yang ditulisnya adalah sebuah kesedihan dan pemberontakan namun ia tetap senang melakukannya. Sejak ibunya seperti itu, ia seakan menjadi orang yang bisu. seharusnya ia bertanya agar merasa berbakti, karena ia mungkin berpikir kalau menyerahkan tubuhnya dengan dalih sebuah kebaktian hanya kakan mempersakit Agung dan sama sekali hal itu tak kan usai.
Merasa perlu, Agung menata hatinya, menyusun kalimat terbaik agar ibunya tidak merasa terhianati. Tidak apa-apa ia harus berhenti sekolah. Tidak apa-apa kalau ia menggantikan posisi ibunya. Ia akan bertanggung jawab kalau ia datang dari kerja.Agung tak akan memukuli ibuya seperti apa yang dilakukan oleh sang ibu terhadapnya. Mendengar permintaan Agung, ibunya marah menjadi-jadi. Ibu Agung tak menginginkan hal itu, dia hanya ingin Agung tak menjadi orang yang susah, Agung hanya perlu belajar dan belajar sehbat ayahnya dulu. Dan untuk semua itu ibunya harus bekerja. Biarlah Agung berkonsentrasi belajar saja.
Seketika itu, tubuh Agung gemetaran seakan tidak mau menerima teori sang ibu. "Apa dengan memperlakukan aku seperti itu, aku bisa belajar, ibu ?". Setiap kali ibu memukuli ku, menghardik ku, aku selalu berpikir, apakah ibu sepenuh hati bekerja untuk ku, atau sepenuh hati dalam menyiksa ku?. Aku ingin melihat ibu berdoa dan mempercayai apa yang aku lakukan, bahkan apayang telah aku perbuat".
Ibu Sasono tidak sampai hati mendengarnya. Tapi dia tetap bersikukuh, apa yang telah terjadi biar seperti itu lagi. Dia pergi seperti biasanya menganggap Agung tak seceroboh itu. Sedangkan bagi Agung ini adalah hal yang tidak biasa. Agung yang sudah dewasa tidak mau tahu bagaimana mencari cara agar ia merasa dipercaya. Keyakinannya luntur karena sikap ibunya yang tak mau tahu juga. Jika bukan Psikopat, lalu apalagi namanya ?. Ia pasti semacam itu.

( Risalatul Ma'unah )

No comments:

Post a Comment